Kamis, 06 Januari 2011

Tawakal Pada Dia Yang di Atas


Di tengah ketidakpastian nasib negara kita sekarang ini, banyak kita dapati kaum Muslimin goncang keimanannya dan ragu hatinya akan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga di antara mereka ada yang lari dari jalan kebenaran dan bahkan ada yang murtad dari agamanya.Yang demikian itu karena gentarnya mereka dengan kekuatan musuh-musuh Islam dari jauhnya mereka dari akhlak tawakkal kepada Allah ta'ala. Padahal akhlak ini sangat membantu kaum Muslimin untuk menenangkan jiwa mereka dari rongrongan mental yang terus digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan berbagai sarana yang mereka miliki. Begitu mulianya akhlak ini sehingga Allah memerintahkan kaum Mukminin untuk memilikinya.
Allah berfirman:
"Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang Mukminin itu bertawakkal." (Ibrahim: 11)
"Dan bertawakkalah kepada Allah Yang hidup (kekal), Yang tidak mati." (Al-Furqan: 58)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan akhlak mulia ini. Keagungan akhlak ini telah dibuktikan langsung oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya -- semoga Allah meridlai mereka semua --, ketika kaum musyrikin ingin kembali menyerang pasukan Muslimin setelah Perang Uhud agar binasa seluruh kaum Muslimin bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun dengan akhlak ini Allah menyelamatkan mereka dan melemparkan rasa takut pada hati-hati kaum musyrikin sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya selamat tanpa mendapat bencana yang ditakut-takutkan kepada mereka. Satu ungkapan yang mereka ucapkan ketika mendengar kabar bahwa kaum musyrikin akan menyerang mereka dengan jumlah yang besar adalah:
"Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung."

Allah mengabdikan kisah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya serta ungkapan ini dalam firman-nya:
"Yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang-orang yang berkata: ((Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah pada mereka)). Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ((Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)). Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa-apa, mereka mengikuti keridlaan Allah dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Ali-Imran: 173-174)

Ungkapan seperti di atas juga diucapkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika beliau dilemparkan ke dalam api oleh kaumnya seperti yang diriwayatkan Bukhori dalam kita Shahihnya.

Akhlak yang agung ini tidaklah begitu saja dapat dimiliki oleh setiap Mukmin tanpa ia memiliki al-yaqin (keyakinan pada Allah). Sebab tawakkal adalah buah dan hasil dari suatu keyakinan, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam Madarijus Salikin 2/414.

Dan yang dikatakan tawakkal adalah ketulusan penyandaran hati kepada Allah 'Azza wa Jalla dalam mencapai maslahat dan menolak mudlarat pada seluruh urusan dunia dan akhirat dan diserahkannya seluruh urusan itu kepada-Nya serta memantapkan keimanan bahwa tidak ada yang memberi, mencegah, memudlaratkan dan memberi manfaat kecuali hanya Allah semata. (Iqadlul Himam 628)

Semua ini tidak mungkin terwujud tanpa keyakinan. Karena tidaklah seseorang bertawakkal pada selainnya kecuali ia meyakini pada selainnya itu ada tiga perkara: kasih sayang, kekuatan dan hidayah. Dan ini hanya ada pada Allah kesempurnaannya.

Tidaklah sempurna tawakkal seorang hamba kecuali dengan kekuatan hati sekaligus kuatnya keyakinan.

Sesungguhnya seseorang yang bertawakkal kepada Allah ada tiga keadaan:

Pertama: Seseorang meyakini dan percaya bahwa Allah yang menjaminnya dan menolongnya.

Kedua: Keadaan seseorang dengan Allah seperti keadaan anak kecil dengan ibunya karena anak kecil tidaklah kenal selain ibunya dan tidak berlindung kecuali kepadanya. Jika ia menginginkan sesuatu maka pertama kali yang terbetik di hatinya dan yang diucapkan lisannya ialah "wahai ibu".
Siapa yang bertawakkal seperti ini kepada Allah sungguh ia adalah orang yang betul-betul bertawakkal. Keadaan yang kedua ini lebih kuat dari keadaan yang pertama.

Ketiga: Seseorang di hadapan Allah keadaannya seperti mayat di hadapan orang yang memandikannya, yang benar-benar pasrah terhadap apa yang dilakukan pada dirinya. Keadaan yang ketiga ini lebih tinggi derajatnya dibanding dua keadaan sebelumnya.

Seluruh keadaan ini ada pada hamba, akan tetapi sulit untuk terus menerus memilikinya, terlebih lagi keadaan yang ketiga. (Dinukil dari Mukhtashar Minhajul Qasidin hal. 332-333)

Demikian pentingnya peran tawakkal ini dalam hidup manusia, oleh karena itu seharusnya kita segera memilikinya kalau kita tidak ingin hidup dibayangi ketakutan, kecemasan, kengerian dan dengan bayang-bayang ketidakpastian.

Walaupun demikian bukan berarti akhlak tawakkal menyuruh kita untuk meninggalkan usaha dan hanya melamun saja. Tidak! Ini adalah anggapan bodoh sebagian manusia tentang akhlak ini. Mereka ini adalah para pemalas yang berdalil dengan tawakkal. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai kekasih Allah yang paling bertawakkal kepada-Nya juga memakai baju besi ketika berperang, menutup pintu rumahnya dan menyuruh shahabatnya untuk mengikat untanya kemudian bertawakkal kepada Allah. Ini sebagai bukti bahwa tawakkal yang benar adalah dengan usaha untuk mendapat manfaat atau menolak mudlarat.

Allah ta'ala menjamin bagi orang yang memiliki akhlak ini dengan firman-Nya :
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Thalaq : 3)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bahwa tawakkal kepada Allah adalah salah satu ciri orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
"Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikai (pengobatan dengan besi panas), tidak bertathayyur (menganggap sial dengan tanda burung atau lainnya) dan mereka hanya bertawakkal kepada Tuhan mereka." (Muttafaqun alaihi)

Sebaik-baik akhlak adalah akhlaknya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sumber : http://mossdef-system.blogspot.com/2009_06_01_archive.html

Tidak ada komentar: