Selasa, 04 Januari 2011

Berhias Dengan Akhlak


"Sesungguhnya engaku (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung". (Al-Qalam:4)

Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan? Jawaban pertanyaan ini sudah jelas, bahwa tidak ada seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan asesoris seperti pakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapun yang berupaya memperbaiki kualitas akhlaknya, membenahi diri dengan akhlak Islami. Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari dengan namun karena kesadaran bahwa agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.

Islam Mengutamakan Akhlak

Mungkin banyak di antara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agamaini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun sayang, di sisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan orang awam, seperti ucapan: "Wah ... udah ngerti agama, kok ... malah kurang ajar sama orang tua". Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian ...". dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak.

Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa antara tauhid sebagai sisi pokok/inti Islam -- yang memang seharusnya kita utamakan namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya -- dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah 'Azza wa Jalla dan ini merupakan pokok/inti dari akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila ada seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

Rasul Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak

Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah 'Azza wa Jalla karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qalam ayat 4. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia :
"Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan keluhuran akhlak." (HR. Ahmad lihat Ash-Shahihah oleh Asy-Syaikh Al-Albani no. 45 dan beliau menshahihkannya)

Anas bin Malik radliyallhu 'anhu seorang shahabat yang mulia menyatakan :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam manusia adalah yang paling baik budi pekertinya." (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam hadist lain Anas memuji beliau shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan saya telah melayani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selama sepuluh tahun, belum pernah dibentak atau ditegur perbuatan saya: Mengapa engkau berbuat ini? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu?" (HR. Bukhori dan Muslim)

Akhlak merupakan tolok ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya." (HR. Tirmidzi dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284 dan 751)

Dalam riwayat Bukhori dan Muslim dari Abdillah bin 'Amru bin Al-'Ash radliyallahu 'anhuma disebutkan :
"Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya."

Keutamaan Akhlak
Abu Hurairah radliyallahu 'anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab :
"Taqwa kepada Allah dan akhlak yang terbaik." (Hadist Shahih riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadhus Shalihin no. 627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq)

Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menasehati shahabatnya, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menggandengkan antara nasehat/wasiat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadist dari Abi Dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaulah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi, ia berkata : hadits hasan, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim Al-Hilali)

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat daripada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba-red) adalah akhlak yang baik." (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan Al-Albani. Lihat Ash-Shahihah, juz 2 hal. 535)

"Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik." (HR. Ahmad dan dishahihkan Al-Albani. Lihat Ash-Shahihah juz 2 hal.535)

Dari Jabir radliyallhu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang terdekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya." (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan Ibnu Hibban. Lihat Ash-Shahihah juz 2 hal. 418-419)

Dari hadist-hadist di atas dapat difahami bahwa akhlak yang baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslim dan muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari'at atau sebaliknya.

Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari'at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai pembuat syari'at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta'ala a'lam.

Sumber : http://mossdef-system.blogspot.com/2009_06_01_archive.html

Tidak ada komentar: