Kamis, 06 Januari 2011

Tawadlu' dan Menjauhi Kesombongan


Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa alam akhirat dan segala kenikmatannya yang tidak pernah berakhir, diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin, yang tidak ingin merasa tinggi diri dan lebih mulia di hadapan makhluk lainnya. Mereka inilah yang telah Allah tanamkan kemuliaan dan ketawadlu'an di dalam sanubari mereka, dan Allah sediakan untuk mereka syurga Firdaus yang indah dan tidak pernah terbayangkan kenikmatannya.
Allah Ta'ala berfirman :
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakaan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Qashash: 83).

Inilah balasan bagi orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri. Orang-orang yang tawadlu' dan tunduk kepada kebenaran serta tidak meremehkan manusia.

Sungguh pantas, jika Allah tidak memberikan janji-Nya ini kepada mereka yang sombong, karena jika seseorang telah dijangkiti penyakit sombong ia akan merasa tinggi diri, menganggap remeh dan hina orang lain serta ia menolak kebenaran. Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (Riwayat Muslim di dalam hadits yang panjang).

Orang yang memiliki akhlak sombong cenderung mengagumi dirinya sendiri dan menganggap bahwa ia lebih utama dan mulia di banding orang lain. Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah dalam kitab Siar A'lamin Nubala' 4/190 menyatakan: "Demi Allah tidak akan beruntung seseorang yang memberikan rekomendasi terhadap dirinya dan mengagumi dirinya."

Allah Ta'ala melarang hamba-Nya berjalan di muka bumi dalam keadaan menyombongkan dirinya. Dia Yang Maha tinggi berfirman:
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong." (Al-Isra': 37)

Kesombongan tidak hanya berbuah kebencian Allah Subhanahu wa Ta'ala dan makhluk-makhluk-Nya, namun juga akan menghalagi pelakunya dari ilimu, seperti ungkapan :
"Ilmu itu akan lari dari seseorang yang sombong diri seperti banjir berpindah dari tempat yang tinggi."

Allah Ta'al berfirman dalam hadits qudsi:
"Kemuliaan adalah sarung-Ku, dan keagungan adalah selendang-Ku, barangsiapa yang berakhlak dengannya maka Aku akan mengadzabnya." (HR. Muslim)

Allah juga berfirman dalam Al-Quran:
"Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Jatsiyah: 37)

Karena kesombonganlah sehingga Qarun dan segala kekayaannya ditenggelamkan Allah ke dalam bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tatkala seorang lelaki berjalan dengan mengenakan perhiasan yang membuatnya kagum akan dirinya sendiri, dengan menyisir rambutnya dan berjalan dengan sombongnya, maka tiba-tiba Allah menenggelamkannya, sehingga ia terus tenggelam di dalam bumi sampai hari kiamat." (Muttafaqun alaihi)

Kisah Qarun juga bisa dibaca dalam firman Allah Ta'ala surat Al-Qashash ayat 76-81. Dengan penjelasan dari Allah dan Rasul-Nya ini hendaklah setiap muslim menghilangkan dari dirinya kesombongan dan keangkuhan serta pengagungan terhadap diri sendiri, sebab yang demikian itu bukanlah akhlak yang mulia.

Dan hiasilah dirimu dengan ketawadlu'an yaitu tunduk kepada al-haq, rendah hati di hadapan kaum muslimin dan tidak merasa bahwa dirimu lebih agung di banding yang lainnya. Dengan akhlak inilah seorang mukmin dapat terhindar dari kesombongan dan keangkuhan, dan dengannya pula kaum mukminin dicintai Allah dan mereka mencintai-nya, Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang mereka bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir ..." (Al-Maidah: 54)

Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah berpesan agar kaum muslimin berakhlak tawadlu' dan tidak saling menyombongkan diri, beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar hendaknya kalian tawadlu', sehingga tidak ada yang saling menyombongkan dirinya dari lainnya dan tidak ada yang mendlalimi satu dengan lainnya." (HR. Muslim)

Seorang yang tawadlu' bukan berarti hina di hadapan manusia, bahkan dengan akhlak ini seseorang diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga setiap kali bertambah ketawadlu'an seorang hamba niscaya bertambah pula derajatnya. Inilah janji Allah yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau:
"Dan tidak ada seorang pun dari kalian yang tawadlu' karena Allah, kecuali pasti Allah mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa tawadlu' yang mulia yang mendapat kenaikan derajat dari Allah Ta'ala ialah tawadlu'nya seorang hamba untuk atau karena Allah. Hal ini perlu ditegaskan karena tawadlu' terbagi dua:

1. Tawadlu' yang terpuji, yaitu tawadlu' yang diperuntukkan kepada Allah dan tidak menyombongkan diri di hadapan hamba-hamba-Nya.
2. Tawadlu' yang tercela, yaitu tawadlu'nya seseorang kepada orang yang memiliki kesenangan dunia, agar juga mendapatkan dunianya.

Dan orang yang berakhlak dengan ketawadlu'an model kedua ini tidak akan diangkat Allah derajatnya, malah ia akan hina di hadapan manusia lainnya.

Sebagai akhir pembahasan, penulis nukilkan untuk pembaca hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi:
"Tidak akan masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan." (HR. Muslim dan lainnya).

Sumber : http://mossdef-system.blogspot.com/2009_06_01_archive.html

Tidak ada komentar: